Senin, 18 januari 2010.
Jam 7.30 pagi aq berangkat dari rumah, menuju sebuah Negara baru yang belum pernah aq kunjungi. Pagi ini, perpisahan ku dengan orang tua terasa begitu berat, lebih berat lagi berpisah dengan salah satu orang yang aq sayangi, Ria Zia Ulfah. Di malam sebelum aq berangkat, kami sempat bertemu dan mengungkapkan smua kerinduan kami, dan berharap rasa rindu bisa terobati selama beberapa saat ketika kami berjauhan. Tapi ternyata, peristiwa ini berujung pada jatuhnya airmata kami berdua. Kadang aq merasa lemah, tp aq juga tidak bisa menyembunyikan kesedihanku.
***
Aq dan temanku, diera gala paksi, kami mencoba berpetualang bersama. Menjelajahi negeri yang tidak pernah kami datangi dan ini juga pertama kalinya kami melakukan perjalanan keluar negeri. Sungguh pengalaman yang sangat menegangkan sekaligus mengasyikan. Perjalanan pertama diawali dengan penerbangan ke Kuala Lumpur International Airport. Perjalanan ini memakan waktu 2.30 jam. Tidak ada yang istimewa dalam perjalanan ini, hanya saja tadi aq merasa berbeda ketika melihat keluar jendela tenyata ada yang bergerak2 tidak normal disamping turbo pesawat, seperti mau lepas. Dan aq hanya bisa berdoa agar benda yang aq pikir itu sangat penting dalam perjalanan ini, tidak lepas saat aq masih diatas udara. Andaikan Allah mentakdirkan benda itu lepas, biarlah benda itu lepas ketika kami sudah mendarat, atau jika Allah butuh korban, biarlah benda itu jatuh ketika kami tidak menaikinya, tapi ini adalah hal yang naïf bagiku karena mendoakan yg tidak baik buat orang lain, hehe.
***
Ketika sampai di KLIA, kami sangat bingung harus bagaimana setelah ini. Kami lalu bergerak dimana orang-orang bergerak secara bersama-sama. Setelah memalui proses imigrasi yang tidak terlalu rumit, kami akhirnya turun dan mencari-cari koper2 kami. Hal bodoh kami lakukan, saat itu, kami berputar2 tanpa arah untuk mencari koper2 kami. Sungguh kami adalah dua orang bodoh yang terdampar entah dimana dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, hehe. Akhirnya setelah riwa-riwi seperti ayam kehilangan induk, kami akhirnya menemukan koper kami.
Ketika keluar dari terminal kedatangan, sekali lagi kami seperti orang bodoh, bahkan lebih bodoh dari orang bodoh, wkwkwk. Kami berputar2 untuk mencari toko penjual simcard agar bisa menghubungi keluarga dirumah secepatnya. Setelah berputar2, Tanya kesana-kemari dengan bahasa tarsan kami akhirnya menemukan orang penjual simcard. Bangga sudah mendapatkan simcard, kami melakukan apa yg diperintahkan di dalam petunjuk yang tertera. Sambil mengotak-atik simcard baru kami, kami mencari makan di KFC, kami rasa ini makanan paling murah di tempat ini, kami mendapat harga sekitar RM13 per porsi, jadi berdua kami menghabiskan sekitar Rp 78.000 sekali makan. Lumayan mahal untuk ukuran orang Indonesia.
Sewaktu mengotak-atik simcard ini di tempat duduk KFC, sekali lagi kebodohan kami tampak, karena kami tidak paham apa yang dibicarakan oleh kartu ini, hehe. Setelah menyerah dengan hasil yang sia-sia, kami bertanya kepada seseorang, dia org Malaysia, dan ternyata hasil yang kami dapat tidak memuaskan, krn orang itu juga tdk tahu bagaimana cara pakainya. Aneh memang, dunia ini sungguh rumit, hehe. Bahkan orang itu menyarankan kami untuk bertanya kembali ke toko tempat kami membeli. Setelah bertanya dengan bahasa tarsan, dan dijawab dengan bahasa tarsan pula oleh penjualnya, akhirnya kami bisa menggunakannya. Alhamdulillah, hehe.
***
Pukul 17.00 waktu Kuala Lumpur, kami bergerak menuju waiting room di bandara ini. Di tempat ini berisi puluhan orang yang sedang tidur, browsing, ngobrol, duduk2 sambil lihat bule2 yang lewat, maupun mencuri pandang sama cewek2 luar yang cakep2. (tapi aq bukan kategori yang terakhir pastinya, hehe). Di tempat ini, kami memutuskan untuk tidur. Tidur sambil duduk dan berdesak2an dengan yang lain, agar biaya hidup kami untuk transit ini tidak melambung tinggi. Semoga malam ini kami dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan sedikitpun dan mendapat full energy untuk perjalanan jauh besok hari. Go to China..
***
***
Selasa, 19 Januari 2010
Malam tadi, kami tidur di ruang tunggu bandara. Awalnya sungkan juga tidur di tempat seperti itu karena di Indonesia hal tersebut sungguh luar biasa (diluar kebiasaan). Tapi ternyata waktu aq terbangun sekitar pukul 1.00 wktu Kuala Lumpur, aq tidak sendiri tidur di tempat ini seperti gelandangan, di samping kiriku ada pasangan orang China yang sedang tidur lelap, disamping kiri ku ada 4 orang Spanyol yang tertidur pulas pula. Bahkan salah satu dari mereka tidur langsung beralas lantai. Dan hal itu dilakukan tanpa malu2. Berbeda dengan orang Indonesia yang sok kaya dan malu berbuat hal-hal seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya persilahkan Anda untuk meng-copy file yang ada di sini. Namun saya juga berharap Anda memberi komentar pada tulisan ini. Terimakasih