Kamis, 10 Februari 2011

Nuansa 3 Pelangi (Bagian 2)

2 tahun yang lalu setelah aku lulus dari SMA dengan nilai yang sangat memuaskan, aku berencana melanjutkan kuliah di Kota Surabaya dengan biayaku sendiri. Berbekal informasi dari seorang teman tentang Universitas-universitas favorit di Surabaya aku memberanikan diri untuk pergi ke Surabaya tanpa uang saku sedikitpun. Kepada ayah dan ibuku aku berbohong bahwa aku telah diterima di sebuah universitas negeri lewat program beasiswa dan mendapat jaminan uang saku tiap bulan. Dengan berkata seperti ini akhirnya dengan berat hati mereka rela melepas aku dan tak lupa mereka mencium keningku, dan mendoakan agar Allah selalu memberi petunjuk kepadaku. Ayah dan ibuku tidak memberi uang saku sedikitpun karena memang mereka sedang tidak ada uang, ayah belum ada garapan selama 2 minggu ini dan ibu belum gajian, jadi aku berbohong lagi kalau aku sudah siap dengan uang saku yang cukup dari hasil tabunganku, padahal aku tidak punya uang sedikitpun. Uang hasil tabungan telah habis untuk membayar biaya ujian akhir dan sebagainya. Aku sadar aku telah berbohong kepada mereka, namun aku yakin masa depanku bukan disini, bukan untuk menjadi buruh tani dan bukan juga menjadi buruh cuci, tapi masa depan ada di tempat nun jauh disana dan aku harus berani meraihnya.
Malam itu juga setelah selesai shalat Isya, aku telah siap berangkat ke Surabaya, berbekal tas sekolah waktu SMA yang berisi 2 buah kaos, 1 sarung dan sajadah, aku siap menjemput mimpiku. Dingin dan gelapnya malam tidak sedikitpun menyurutkan niatku. Untuk keluar ke jalan besar aku harus berjalan kaki menempuh jarak 10 KM dan tidak ada penerangan sedikitpun, hanya sinar bulan yang saat itu sedang purnama yang selalu menerangi jalanku. Sejujurnya ada rasa sedikit was-was dan takut melakukan perjalanan malam ini, banyak kabar kalau di jalan yang aku lalui ini sering terjadi perampokan dan pernah juga terjadi pembunuhan di jalan ini. Itu terjadi 3 tahun yang lalu dan beritanya di ekspos hingga ke Koran nasional karena korbannya adalah anggota DPR. Mungkin pembunuhan ini bermotif politik, tapi hingga saat ini kasus itu belum juga terungkap.
Hampir 2 jam telah aku lalui dan lampu-lampu jalan raya telah terlihat, senang rasanya karena horror jalan ini akan segera usai. Beberapa menit kemudian aku telah sampai di tepi jalan raya. Aku menunggu bis antar kota jurusan Semarang-Surabaya menurut informasi dari seorang teman. Sebelumnya aku tidak pernah melakukan perjalanan sejauh ini, paling jauh hanya ke kota Babat yang hanya berjarak 25 KM dari Lamongan. Ini adalah perjalanan jauhku yang pertama, ditambah dengan tanpa membawa uang sama sekali. Sungguh ini merupakan awal yang cukup berat bagiku, ada keinginan untuk kembali lagi dan berkata jujur kepada orang tua tentang semua kebohongan ini, namun dorongan untuk meraih mimpi lebih kuat dan memakan keinginan ku untuk kembali ke rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya persilahkan Anda untuk meng-copy file yang ada di sini. Namun saya juga berharap Anda memberi komentar pada tulisan ini. Terimakasih