“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China” demikian ucapan Nabo Muhammad SAW. Banyak hal yang bisa membuka mata kita bangsa Indonesia ketika berkunjung ke China. Hal-hal ini penulis temukan ketika (Alhamdulillah) berkesempatan mengunjungi Negeri Tirai Bambu kali ini. Penulis sempat membantu di dua NGO di Kota Tianjin. Dan sempat mengunjungi beberapa kota seperti Beijing dan Chengdu. Beberapa hal ini semoga menjadi renuangan kita semua.
1. Orang China itu workaholic, mereka dapat bekerja 18 jam dalam sehari. Itupun bekerja secara full, tidak setengah2. Jujur, penulis sampai kesulitan untuk menyesuaikan dengan budaya kerja ketika mengajar di NGO di Kota Tianjin. Benar2 luar biasa orang2 China. Bahkan, ada seorang teman (asli orang China) yang kuliah di Nankai University (Universitas terkenal di China) berkata kalau masa2 ujian kebanyakan mahasiswa hanya tidur selama 5 jam perhari, dan 19 jam hanya untuk belajar. Coba bandingkan dengan masyarakat kita, jangan jauh2 bandingkan dengan diri kita sendiri, apakah kita sanggup melalui proses seperti itu? Kebanyakan orang siap akan hasil tapi tidak siap akan prosesnya…..(termasuk penulis sendiri).
2. Jangan heran jika orang2 China kebanyakan memakai kacamata, apalagi kaum mahasiswa/ pelajar. Mereka pernah berkata bahwa hampir semua mahasiswa/ pelajar di China sangat hobi membaca, karena terlalu sering membaca akhirnya mata mereka menjadi agak rusak dan membutuhkan kacamata sebagai alat bantu. Di universitas2 di Indonesia (termasuk universitas saya) sangat jarang sekali mahasiswa yang memakai kacamata. Rata2 yang memakai kacamata adalah mahasiswa2 yang memang hobi membaca (yang kebanyakan memang orang2 keturunan China).
3. Di China acara2 televisi tidak semenarik dan sebagus di Indonesia. Penulis sudah membandingkan di tiga kota besar di China, dan hasilnya sama, keduanya tidak memiliki saluran televisi sebagus di Indonesia. Dan hal ini memang yang diharapkan oleh pemerintah China. Karena dengan “jeleknya” tayangan2 di televisi masyarakat China enggan untuk menonton TV. Selama 1 minggu ini penulis tinggal dengan keluarga China, TV hanya sempat dinyalakan 1 kali. Itupun tidak sampai 1 jam. Coba dibandingkan dengan minat menonton TV pada bangsa kita tercinta…….
4. Populasi penduduk China memang sangat besar, rata2 tiap kota besar memiliki 10-20 juta penduduk. Bandingkan dengan Jakarta atau Surabaya yang mungkin hanya memiliki 5-7 Juta penduduk. Dan jika hal ini tidak dikendalikan maka banyak kekacauan yang akan terjadi. 1 hal yang ingin penulis utarakan adalah tentang kebijakan berkendara. Di China semua sekolah baik TK sampai Perguruan Tinggi tidak diperbolehkan membawa kendaraan bermotor, dan ada 3 pilihan bagi mereka, jalan kaki, memakai kendaraan umum atau naik sepeda angin. Yang diperbolehkan membawa kendaraan bermotor hanya guru dan dosen. Jadi jangan heran disini banyak sekali orang yang memakai sepeda angin tua berkeliaran dijalan raya, karena memang disediakan jalan khusus bagi sepeda angin dan pejalan kaki. Selain itu, pemerintah juga menyediakan subway (kereta cepat bawah tanah), bus umum ke berbagai daerah yang benar2 nyaman, terawat dan murah.
5. Orang China tidak kenal gengsi. Pada saat pertama kali menginjakkan kaki ke Tianjin, selama 4 hari penulis menginap di penginapan yang ada disekitar Nankai University. Pemilik penginapan ini adalah seorang laki2 berumur sekitar 30 tahunan dan sudah berkeluarga. Yang bikin penulis kagum adalah pemilik penginapan ini menempati kamar sempit yang lebih kecil daripada penginapan yang dia sewakan. Dengan perabotan rumah yang seadanya dan ruang kerja yang menjadi satu dengan kamarnya, sungguh miris kalau melihat kondisinya. Padahal dia memiliki ratusan kamar di banyak penginapan di sekitar Nankai University, apalagi penginapan milik nya sangat ramai. Bahkan sulit untuk mencari kamar miliknya yang kosong. Penulis perkirakan, dalam sehari lebih dari 2 juta rupiah berhasil dia kantongi. Mengingat harga perkamar rata-rata 80 Yuan (1 Yuan = Rp 1400). Dan dia bisa hidup “layak” dengan uang sebanyak itu. Contoh lainnya, penulis sering diajak makan2 d restoran2 cukup mentereng dengan orang China. Dan ketika acara makan2 telah selesai, orang2 China tidak sungkan2 untuk membungkus makanan yang masih belum termakan. Dan itu terjadi di hampir semua orang China, tidak peduli dia kelas menengah atau kelas atas. Mereka tidak gengsi dengan hal itu, padahal kalau d Indonesia, saya tahu banyak orang akan gengsi melakukan hal itu. Karena dianggap memalukan.
6. Orang-orang China kekerabatannya sangat kuat. Rata2 mereka memilki teman yang sangat banyak. Selama disini penulis sangat sering diajak makan bersama dengan orang2 China. Dan biaya makan lebih sering ditanggung mereka daripada ditanggung patungan. Dan tidak jarang pula berawal dari acara makan2, akhirnya mereka punya kekerabatan yang erat dan berlanjut ke hubungan bisnis. Inilah salah satu alasan mengapa orang2 China di Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai pengusaha dan hampir semuanya kaya.
7. Orang China sangat suka makan sayur, hampir di setiap menu makanan yang disajikan, sayuran selalu ada. Tidak pernah tidak. Bahkan dalam satu menu makanan ada berbagai macam sayur2an berbagai jenis. Ketika ditanya mengapa mereka sangat suka sayur, mereka selalu menjawab sayur baik untuk tubuh dan menjadikan daya tahan tubuh kuat. Maka jangan heran, dikala cuaca seperti sekarang ini yang -5°C ada beberapa orang yang berjalan2 sambil memakai kaos. Sakti memang orang ini, padahal pada saat itu penulis memakai atasan rangkap 4 dan bawahan rangkap 2, dan itupun masih terasa dingin.
Selain kelebihan sebenarnya ada juga beberapa kelemahan dari orang2 China, namun tidak etis kalau kita hanya mencari kelemahan2 itu untuk kemudian kita ungkit2 dan menjadikan justifikasi buat kita dan akhirnya kita tetap seperti ini dan tidak ada perubahan. Ada pepatah mengatakan, “Berubahlah atau mati”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya persilahkan Anda untuk meng-copy file yang ada di sini. Namun saya juga berharap Anda memberi komentar pada tulisan ini. Terimakasih