Sewaktu menunggu boarding di terminal bandara gate T18, kami melihat banyak pesawat, berharap kami mendapat pesawat yang bagus karena kalau pesawat kecil kami takut tidak kuat menempuh perjalanan jauh ini. Setelah menunggu beberapa lama, pintu belum juga dibuka, padahal di dalam gate T18 para penumpang yang 95% orang China sudah ramai gak karu-karuan. Hingga membuat aq seperti orang bodoh karena gak paham apa yg diomongkan.
Setelah menunggu beberapa saat, tepat pukul 8:40 pintu gate T18 dibuka, dan kami bersama seluruh penumpang dipersilahkan menuju pesawat. Dan hal pertama yang membuat saya takjub adalah bahwa kami akan menaiki Jumbo Jet buatan Airbus. Luar biasa ternyata, mimpiku selama ini untuk naik Jumbo Jet keturutan juga,hehe. Ketika memasuki pesawat, aq bener2 takjub, di tiap bangku ada layar LCD 10 inchi yang menggunakan touch screen. Aq bener2 heran, bagaimana caranya AirAsia membiayai penerbangan ini padahal aq dan Diera membeli tiketnya hanya dengan harga MYR 408. Sungguh harga yang sangat tidak pantas dibanding dengan fasilitas yang kami dapat.
***
Perjalanan pertama kalinya aq menaiki Jumbo Jet pun dimuali, sang pilot berkata bahwa perjalanan pesawat ini akan memakan waktu selama 3:45 jam. Tepat jam 9.00 kami take off. Rasanya menaiki Jumbo Jet dengan pesawat biasa sungguh sangat berbeda, hampir tidak terasa kalau pesawat sudah terbang. Tidak ada goncangan, tidak ada suara gemuruh yang keras dan tidak ada perasaan jantung yang dikocok2 seperti pada pesawat2 kecil umumnya ketika take off. Semua terasa begitu elegan ketika burung besi jumbo ini membelah angkasa. Waktu melewati awanpun burung besi ini tidak bergetar sedikitpun.
Di dalam pesawat aq duduk bertiga. Dipojok ada Nick, orang China yang tinggal lama di Melbourne-Australia, kemudian aq dan Diera. Nick orangnya sangat baik, kami banyak mengobrol dengan dia selama di perjalanan. Dia orangnya supel dan suka tersenyum. Aq banyak bertanya banyak hal kepada Nick, mulai dari bertanya ttg Railway Station di Chengdu, tentang Bali, tentang China hingga masalah2 gak penting yang keluar dari mulut kami begitu saja. Lumayan, sebagai pemanis bibir karena aq juga gak tahu mw ngobrol apalagi sama Nick, hehe.
Di dalam pesawat aq dan Diera memesan makanan. Karena waktu malam kemarin kami memang belum makan, pagi tadi belum sarapan, dan dari kemarin pagi belum ada nasi secuil-pun yang masuk ke perut kami. Semuanya serba roti, kentang, salad, ayam, mie dsb, padahal aq dan Diera sangat rindu dengan nasi. Mungkin saat ini nasi dianggap bukan termasuk makanan internasional, padahal masih banyak rakyat di dunia ini yang doyan dengan nasi. Cuma orang2 Barat saja yang tidak biasa makan nasi. Orang Asia memang aneh, agar disebut Internasional, semua dari Barat diambil, padahal belum tentu itu baik buat dirinya. Kembali ke cerita, kami berharap ada nasi di pesawat. Karena memang ada menu asian fried rice d daftar menu pesawat. Dan kami sangat berharap itu bukan sekedar promosi iklan.
Setelah pramugari yang semuanya berdarah China mendatangi kursi kami, alangkah naasnya nasib kami, karena sekali lagi nasi tidak ada di dalam pesawat, dan menu yang ada tinggal chicken BBQ, padahal opsi kedua kami setelah asian fried rice adalah noodle meatballs (mungkin semacam bakso kalo di Indonesia, hehe). Aq tidak tahu, chicken BBQ itu apa, tapi Diera sudah pesan dahulu chicken BBQ ini, seakan-akan sudah tahu. Akhirnya daripada terus2an lapar dan malu sama pramugarinya kalau gak jadi dan dianggap gak punya uang, aq ambil saja makanan aneh itu. Ukurannya kotaknya kecil, seukuran kotak makan bayi, di dalamnya berisi campusan kedelai, jagung, irisan wortel dll yang diberi bumbu warna coklat. Ada juga irisan kentang 4 buah dan potongan ayam 2 buah. Aneh juga awalnya memakan makanan ini. Apalagi harganya yang luar biasa, sekitar Rp 98.000 untuk 2 porsi chicken BBQ ditambah air botol kecil (yang kalo di Indonesia harganya Cuma Rp. 1000). Bisnis yang menguntungkan memang jual makanan di pesawwat terbang, hehe.
***
Pesawat telah menempuh 3.30 jam perjalanan, dan pilot mengatakan bahwa pesawat akan segera mendarat d Chengdu International Airport dalam 20 menit lagi dan semua penumpang disuruh kembali dan memasang sabuk pengaman. 10 menit kemudian pesawat mulai turun perlahan-lahan, ketika sudah turun jauh ternyata pesawat naik kembali tanpa sebab yang pasti. Jujur, aq mulai panik, aq merasa telah terjadi sesuatu dengan pesawat ini. Tidak lama kemudian dugaanq terbukti sewaktu pilot berkata bahwa cuaca sangat buruk, jarak pandang hanya 50-100 meter, sehingga sang pilot memutuskan untuk menunggu saat dan kondisi yang tepat untuk melakukan pendaratan.
Aq melihat keluar jendela, pilot memang tidak salah, kare sejauh mataq memandang yang ada hanya kabut tebal berwarna putih menyelimuti. Yang dapat aq lihat hanyalah sayap pesawat. Selain itu tidak ada yang bisa terlihat. Yang bisa aq lakukan hanya berdoa dan memohon keselamatan dari Allah.
Pesawat masih terus berputar2, mungkin ada 30 menitan. Baru kemudian pilot berkata lagi bahwa pesawat akan segera mendarat. Tidak lama setelah itu pesawat ,mulai turun perlahan2. Aq masih melihat di jendela, ingin tahu bagaimana keadaanya. Tapi yang aq lihat hanya kabut tebal menyelimuti. Tidak lama kemudian bandara mulai terlihat samar, padahal jaraknya sangat dekat. Dan alhamduliilah beberapa saat kemudian pesawat mendarat dengan mulus walaupun jarak pandang sangat terganggu.
***
WELCOME TO CHENGDU….
Akhirnya, inilah pertama kalinya aq menjejakkan kaki di negeri China. Negeri yang disebut oleh nebi Muhammad di dalam salah satu hadits-nya, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”. Ketika masuk ke bandara, seperti biasa, proses imigrasi dsb. Tpi pemerintah China tidak ribet mengurusi masalah ini, hanya di stempel dan aq sudah boleh masuk ke terminal bandara. Bandara ini sangat besar, dengan arsitektur yang unik. Dan anehnya, banyak orang disini ternyata tidak bisa berbahasa Inggris. Aneh memang, China yg terkenal karena cepatnya pertumbuhan ekonominya ternyata sebagian besar masyarakatnya tidak bisa berbahasa Inggris. Aneh memang, tapi itulah yang terjadi.
***
Ketika sudah keluar dari bandara, kami seperti orang2 desa tolol yang baru datang dari desa yang amat terpencil. Mungkin karena melihat kebodohan kami, ada seorang wanita berumur 30an tahun yang dandanannya sangat necis. Dia bertanya menggunakan bahasa China, tapi aq tdk paham apa yg dia katakan. Akhirnya aq bertanya balik menggunakan bahasa Inggris, tenyata dia tidak bisa juga. Akhirnya kami berbicara menggunakan bahasa tarsan, bahasa yang sangat popular digunakan pada jaman batu dulu. Dimana bahasa ini hanya menggunakan simbol2 barang atau dengan bentuk tubuh. Lucu memang tapi itulah kenyataannya. Kami merasa seperti terdampar di tempat terpencil, yang tidak ada satu orangpun yang paham apa yang kami bicarakan. Dengan sabar kami menjelaskan dengan bahasa tarsan kepada wanita tersebut, akhirnya wanita itu sedikit mengerti apa yang kami bicarakan. Dan dia langsung mengajak kami ke tempat pembelian tiket. Akhirnya dia menanyakan kemana tujuan kami, kami bilang ke Tianjin. Lalu keluarlah harga 1520 Yuan. Aq berkata mahal sekali harganya. Lalu dia mencarikan lagi harga yang lebih murah, lalu ketemu harga 960 Yuan. Masih mahal menurutq untuk penerbangan 2.5 jam. Akhirnya aq bertanya berapa harga ke Beijing ke wanita tadi, wanita tadi langsung bilang ke penjual tiket dan penjual itu mencarinya. Sewaktu penjual tiket mencari, aq berkata kepada wanita tadi kalau minta tolong untuk mencarikan tiket ke Tianjin saja, yang paling murah. Lalu keluarlah harga 530 Yuan. Awalnya kami berpikir itu adalah harga untuk ke Tianjin. Setelah kami setuju dan tiket di cetak, kami kaget karena kode bandara tertulis PEK yang artinya menuju Beijing, padahal seharusnya TSN yg artinya Tianjin. Ketika melihat tiket itu aq sangat bingung. Antara membeli atau tidak. Akhirnya aq dan Diera berunding dan kami setuju untuk membeli tiket tersebut. Tapi masalah baru muncul, karena tiket itu adalah tiket untuk besok (tanggal 21 Januari 2010) dan kami berpikir dimana kami akan tinggal. Terbersit keinginan kami untuk mengulang kedua kalinya tidur di bandara. Seperti ketika kami menghabiskan malam di Kuala Lumpur Internasional Airport pada kemarin malam. Tapi wanita tersebut memaksa kami untuk ikut dengannya menuju motel. Aq bilang ke dia bahwa kami adalah mahasiswa, kami tidak punya uang. Dia tetap memaksa, mungkin karena tidak paham apa yang kami bicarakan. Lalu dia memanggil temannya, seorang laki2 besar, putih dan tidak bisa berbahasa Inggris juga. Mungkin wanita tersebut berkata kepada laki2 itu: “aq tidak sanggup mengatasi kedua bocah ini, tolong atasi mereka”. Akhirnya laki2 besar itu mengajakq ke meja informasi, di meja informasi ada beberapa perempuan yang bisa berbahasa Inggris. Kami pun menceritakan kisah kami dari awal kami keluar bandara hingga dipaksa oleh orang2 ini untuk memakai jasanya. Jujur, dalam keadaan seperti ini kami benar2 takut, hanya pertolongan Allah yang dapat menyelamatkan kami, dan kami mengharap pertolongan dari-Nya. Akhirnya wanita di meja informasi berkata bahwa orang ini adalah seorang makelar motel, dia mau membawa Anda untuk menuju motelnya sambil menunggu penerbangan esok hari. Setelah itu aq bertanya berapa harga motelnya, dia menjawab 150 Yuan/malam. Aq bilang kami adalah mahasiswa, kami tidak punya uang, dan laki2 itu akhirnya member kami harga 80 Yuan/malam. Kami pikir ini harga yang bagus karena kalau di rupiahkan menjadi sekitar Rp 112.000;. akhirnya kami pun menuju mobil laki2 tersebut, kami diantar ke motel miliknya. Motel ini tidak jauh dari bandara, mungkin sekitar 5-10 menit. Ketika mobil berjalan, kami baru tahu bahwa pengendara mobil di sini ngawur2. Belok seenaknya dan melaju dengan kecepatan sangat tinggi pula, biarpun ketika belok.
Motel ini dari luar terlihat sangat kecil, mungkin sekitar 5x8 meter. Tapi ternyata di lantai 2 motel ini menjadi sangat luas dan panjang. Untuk lantai 2 memuat sekitar 10 kamar seukuran 4x6 meter. Dan kami mendapat kamar dipojok. Mungkin ini kamar paling murah. Tapi waktu aq melihat kamar sebelah, tidak tampak perbedaannya. Mungkin karena laki2 tadi kasihan, dia memberi kami harga special buat mahasiswa, hehe.
***
Chengdu adalah ibukota dari propinsi Shicuan. Propinsi ini termasuk propinsi miskin di China. Namun ketika tiba di bandara Chengdu Shangliu International Airport, sangat tidak tampak kalau bandara ini berada di kota yang miskin. Maka tidak heran, disekitar motel banyak sekali kawasan2 yang kumuh. Banyak orang berjualan daging babi disekitar sini, banyak orang bermain mahyong (jenis judi yang popular di China), ada beberapa tempat bermain bilyard yang ramai, dan sebagainya. Yang membikin aq tidak tahan adalah bau daging babi yang diasapi, rasanya mau muntah kalau ada bau seperti ini. Dan bau semacam ini ternyata sudah biasa di sini.
Malam harinya, kami tidak ada rencana keluar motel, karena cuaca diluar sangat dingin. Saat kami sampai di motel pada siang hari cuaca terasa dingin, sekitar 10°C. malam harinya aq merasa cuaca lebih rendah daripada siang hari, jadi kami memutuskan tidak keluar motel. Kami ingin menghangatkan diri di bawah selimut tebal di kamar.
Karena aq merasa bosan dan membutuhkan internet, aq memutuskan mencari internet sebentar dan mengirim email kepada Seven, Seven adalah orang yang bertanggung jawab untuk menjemput kami. Di depan penjaga motel, aq bertanya dengan menggunakan bahasa tarsan untuk bertanya dimana tempat untuk internet terdekat. Penjaga motel menunjuk-nunjuk kearah kanan-kiri-kanan-kiri dengan bahasa tarsan pula, tapi saying aq tetap tidak paham. Akhirnya aq tunjuk2 komputer yang ada di meja di depanq dan dia langsung mempersilahkan aq untuk memakainya. Mungkin dia tidak paham kalau aq membutuhkan internet, dan dia mengira aq membutuhkan computer. Daripada aq terlihat mengecewakan tawarannya, akhirnya aq mencoba memakai komputernya, diluar dugaan ternyata computer disitu sudah tersambung internet. Dan aq baru tahu ternyata di China internet mudah didapat, asal membayar akun ke penyedia layanan internet, hal ini aq ketahui hari berikutnya ketika ada di ruang tunggu Chengdu Shuangliu Int’l Airport. Ketika aq asyik internet di meja penjaga motel, laki2 yang tadi siang menjemput aq di bandara sedang riwa-riwi untuk mengantar tamu yang datang untuk menginap di motelnya. Aq lihat jam menunjukkan pukul 21.30. dan cuaca diluar sangat dingin dan gelap. Jujur, aq kagum dengan orang ini, karena dari tadi siang dia tidak henti2 riwa-riwi menjemput tamu motel dan tidak ada kesan capek di wajahnya. Luar biasa stamina orang China satu ini. Padahal besok pagi2 sekali pukul 5.30 dia harus siap untuk mengantar kami dan beberapa orang lainnya untuk menuju ke bandara, karena boarding pesawat kami pukul 7.00 (keadaan di China sangat berbeda dengan di Indonesia, pukul 7.00 di China langit masih sangat gelap, setara pukul 5.00 pagi di Indonesia).
***
Rabu, 20 Januari 2010
Dalam nyenyaknya tidur dengan diselimuti selimut yang sangat tebal membuat kami lupa akan penerbangan pagi kami. Kami hampir lupa dengan jadwal kami. Hingga pukul 5.40 pintu kamar motel kami diketuk oleh seseorang dengan keras. Aq termasuk orang yang sangat sulit bangun ketika tidur, tapi ketukan keras itu mampu membuat aq terbangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya persilahkan Anda untuk meng-copy file yang ada di sini. Namun saya juga berharap Anda memberi komentar pada tulisan ini. Terimakasih